Setalah Fonomena Cabe - Cabean
Cowok Terong Terongan Sebuah fenomena yang melanda remaja
laki-laki usia belia usia SMP dan SMA. Lantas, apa saja ciri-ciri cowok yang dilanda
fenomena terong terongan?
Young Lex salah satu sumber yang berkisah pada Liputan 6
berujar jika Terong terongan dialami lelaki usia muda di jenjang SMA. Cowok
yang ‘terkontaminasi’ Terong terongan, kata dia, umumnya anak STM, suka
tawuran. Mereka memakai topi ketekuk, dan foto di Facebook lagi isap ganja.
Gofar Hilman seorang penyiar radio ternama Indonesia
berpendapat lain. Ia mengatakan jika cowok Terong terongan merujuk pada remaja
lelaki yang tergolong alay. Namun ada yang berpandangan juga bila Terong
terongan adalah banci kaleng.
Apa kata psikolog anak akan fenomena ini? Rosdiana
Setyaningrum, MPsi, MHPEd, Psikolog Klinik Anak dan Dewasa mengatakan jika
anak-anak usia 14 – 18 tahun harus berhati-hati dalam mendidiknya. Terlebih,
masa remaja adalah masa pencarian jati diri.
Saat pencarian jati diri ini remaja miliki banyak cara untuk
melakukannya. Ada yang memilih lewat jalan positif, negatif, dan lainnya. Cara
yang baik, kata dia, dengan berprestasi di sekolah. Ada pula cara instan dengan
bersenang-senang misalnya saja Cabe cabean dan Terong terongan.
Faktor Munculny Terong – Terongan :
Banyak faktor yang menyebabkan fenomena ini muncul. Setidaknya
ada tiga faktor utama yang memiliki andil khusus, sehingga muncul fonemena –
fonomena dan istilah – istlah baru.
- Faktor Media
Tak dapat dipungkiri, tayangan di televisi tidak banyak
memberikan tuntunan yang mendidik dan membangun. Khususnya pada segmen remaja.
Gaya hidup yang diperlihatkan dalam sinetron-sinetron atau drama-drama impor
sedikit banyak mempengaruhi remaja kita untuk menirunya.
Lihat saja bagaimana cara berpakaian dan gaya hidup mereka
dijiplak habis oleh remaja putri dalam komunitas cabe-cabean ini.
- Faktor keluarga
Pengawasan orang tua terhadap aktivitas anak tidak boleh
lepas begitu saja. Kebutuhan seorang anak tidak hanya sekedar materi namun juga
kasih sayang dan perhatian. Salah satu mengapa fenomena ini muncul adalah
banyaknya remaja-remaja broken home yang mencari pelampiasan dengan cara-cara
negatif.
- Faktor Lingkungan
Lingkungan terdekat dari remaja adalah sekolah dan
teman-teman bergaulnya.